Kepemimpinan Dalam Islam
Pengertian dan Macam-Macam Kepemimpinan
Imam Bukhori
“Hai
orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kesudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(Q.S An-Nisaa: 59)
Rasulullah SAW, adalah tauladan bagi umat dalam
segala aspek kehidupan, khususnya dalam hal kepemimpinan ini beliau adalah
sosok yang mencontohkan kepemimpinan paripurna dimana kepentingan umat adalah
prioritas bagi beliau. Maka sangatlah tepat apabila kita sangat mengidealkan
visi dan model kepemimpinan Muhammad SAW (sang revolusioner yang legendaris,
manusia mulia kekasih Allah SWT).
Eggi (2003:12) yang merupakan seorang eksponen
generasi muda, mengatakan secara tajam bahwa dalam sejarah umat manusia belum
satupun dapat terwujud sosok pemimpin sehebat kepemimpinan Rasulullah SAW,
iapun melontarkan sejumlah kriteria persyaratan yang harus ada dalam sosok
seorang pemimpin, dari apa yang berusaha ia selami dari keteladanan
kepemimpinan Rasulullah SAW, yaitu:
1. Pemimpin
harus dekat dengan Tuhan dan konsisten memperjuangkan nilai-nilai dan ajaran
Tuhan yang baik dan luhur.
2. Pemimpin
haruslah seorang yang ikhlas (nothing to loose), tanpa mengharap pamrih kecuali
untuk beribadah pada Tuhan melalui pengabdiannya kepada rakyat.
3. Pemimpin
harus sosok yang jujur dan adil. Dan khalifah Umar bin khaththab merupakan
contoh pemimpin yang mampu membedakan mana kpentingan pribadi dan mana
kepentingan Negara.
4. Pemimpin
harus mencintai rakyat dan mendahulukan kepentingannya diatas kepentingan diri
keluarga dan golongannya.
Nampaknya, empat kriteria tersebut masih sangat jauh
dari harapan apabila kita melihat kembali pada realitas yang menindas saat
ini.kepemimpinan dijadikan alat untuk mengeksploitasi rakyat. Padahal Islam
memandang kepemimpinan sebagai sebuah beban (taklif) dan amanah, sehingga orang
yang diberikan amanah kepemimpinan, dia harus mengedepankan pelayanan kepada
masyarakat. Karena pemimpin adalah khadimul ummah (pelayan masyarakat).
Dalam kitabnya “Al-Qiyadah wal Jundiyah fil Islam”,
Sayid al-Wakil menjelaskan bahwa kepemimpinan memiliki empat pengertian :
Pertama, ro’i. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari
dan Muslim disebutkan.
“Setiap kalian adalah pemimpin (ro’i) dan setiap
kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang imam adalah pemimpin (ro’i)
dan akan dimintai pertanggung jawabannya. Seorang suami (rojul) adalah pemimpin
terhadap keluarganya, dan akan dimintai pertanggung jawabannya. Seorang istri
adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawabannya.
Seorang pembantu (khadim) adalah pemimpin terhadap harta majikannya, dan akan
dimintai pertanggungjawabaannya. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan
dimintai pertanggungjawabannya.”
Kepemimpinan dalam terminologi ro’i mencakup
kepemimpinan negara, masyarakat, rumah-tangga, kepemimpinan moral; yang
mencakup juga kepemimpinan laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu, tak
seorang pun di dunia ini lepas dari tanggung jawab kepemimpinan, minimal
terhadap dirinya sendiri. Setiap orang mengemban amanah, dan setiap amanah pasti
akan dimintai pertanggungjawabannya.
Kedua, imam. Artinya pemimpin yang selalu berada di
depan.
Kata imam seakar dengan kata amam (di depan).
Sehingga dalam terminologi ini, imam adalah pemimpin yang berfungsi sebagai
teladan dan sosok panutan yang membimbing orang-orang yang dipimpinnya.
Ketiga, khalifah. Secara terminologi artinya
pengganti kepemimpinan Rasulullah SAW.
Hilal (2005), Ibnu Khaldun mengatakan bahwa:
kepemimpinan dalam terminologi khalifah juga berarti menyiapkan kepemimpinan
berikutnya sesuai dengan aturan syari’ah demi tercapainya kemashlahat duniawi
dan ukhrowi.
Kata khalifah seakar dengan kata khalfun (belakang)
(Munawwir, 1997:361). Ini artinya, seorang pemimpin bukan saja harus
mempersiapkan generasi pemimpin penggantinya, ia juga harus siap melanjutkan
kepemimpinan sebelumnya.
Keempat, amir. Artinya pemerintah.
Dalam hadits riwayat Bukhari, Ibnu Majah, dan Imam
Ahmad, kita wajib menaati seorang pemimpin (amir) apapun warna kulitnya, bentuk
rupanya, kaya atau miskin, selama pemimpin itu berada dalam bimbingan wahyu
Allah Swt. Kata amir juga berarti ma`mur (yang diperintah). Ini artinya,
seorang pemimpin selain menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, ia juga harus
siap diperintah oleh rakyatnya dalam hal yang mengandung kemaslahatan untuk
semua.
Keempat tipe kepemimpinan diatas esensinya terlihat
jelas dalam pola kepemimpinan Rasulullah SAW. dan Khulafaur Rasyidin yang
selalu mengedepankan kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan. Hakikat
kepemimpinan dalam Islam adalah mengemban amanah rakyat untuk mencapai
keselamatan hidup di dunia dan di akhirat.
Ketaatan kepada Pemimpin adalah satu pilar
pemerintahan dalam Islam. Sayyidina Umar bin Khaththab berkata, “Tidak ada arti
Islam tanpa jamaah, tidak ada arti jamaah tanpa amir (pemimpin), dan tidak ada
arti amir tanpa kepatuhan.” Seorang pemimpin memang harus memiliki
keistimewaan, cerdas, berakhlak mulia, dan bermental baja. Namun, itu semua
tidak ada artinya tanpa adanya loyalitas dari rakyatnya.
Pemimpin dimaksud tidak menyuruh manusia melakukan
maksiat. Islam menyuruh kita melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Maka ketika ada
pemimpin mengajak dan membiarkan kemaksiatan merajalela, seperti minuman keras,
zina, riba, korupsi, dan bentuk kejahatan lainnya, maka kita tidak boleh
menaatinya. Sebaliknya, kita harus meluruskannya. Laa thaa’ata limakhuluuqin
fii ma’shiyatil khaliq (tidak ada ketaatan kepada pemimpin yang mengajak
maksiat kepada Allah SWT).
Di masyarakat kita yang paternalistik ini, kadang
masyarakat kurang bisa mengaktualisasikan ketaatan mereka kepada pemimpinnya.
Sekelompok orang menindas, menganiaya, dan meneror kelompok lain atas perintah
pemimpinnya. Harus ada gerakan yang mengingatkan pemimpin zalim seperti itu,
dan menyadarkan pengikutnya agar tidak menaati kemaksiatan yang diperintahkan
oleh pemimpinnya.
Tangung Jawab Seorang Pemimpin.
Pemimpin dalam level apapun akan dimintai pertanggung
jawabannya di mata Allah atas semua perbuatannya, disamping seluruh apa yang
terjadi pada rakyat yang dipimpinnya. Baik dan buruknya perilaku dan keadaan rakyat tergantung kepada
pemimpinnya. Sebagaimana rakyat juga akan dimintai pertanggungjawabannya ketika
memilih seorang pemimpin yang tidak memiliki kapabilitas serta akseptabilitas
sehingga kelak pemimpin itu akan membawa rakyatnya ke jurang kedurhakaan,
rakyat juga dibebani pertanggungjawaban itu dan menanggung dosanya.
Allah SWT berfirman :
“ Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan
dalam neraka, mereka berkata,” alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada
Allah dan taat pula kepada Rosul”. Dan mereka berkata,” Ya Tuhan kami,
sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami,
lalu mereka menyesatkan kami dari jalan yang benar.” (QS. Al-Ahzab : 66-67)
Allah membantah dengan tegas dalam friman-Nya :
“ Harapanmu itu sekali-kali tidak akan memberi
manfaat kepadamu di hari itu karena kamu telah menganiaya dirimu sendiri.
Sesungguhnya kamu bersekutu dalam azab itu.” (QS. Az-Zukhruf : 39). Wallahu
‘alam. Dinukil dari berbagai sumber.
0 komentar:
Posting Komentar